HOW TO MAKE : VERTICAL, HORIZONTAL & DIAGONAL LINE ON DEV C++ BY OPENGL

Untuk membuat program tampilan garis sederhana menggunakan OpenGL tentunya anda harus installed aplikasi software DEV C++ terlebih dahulu. kemudian download OpenGL sebagai library yang akan digunakan. simpan sebagai direktori DEV C++ tersebut.

Saya menggunakan DEV C++ 5.9.2 , mudah di gunakan dan library di dalamnya juga lengkap termasuk OpenGL.

Langsung saja masuk ke tahap pembuatan ;

Pertama, buka program dev c++ : File > New > Project , klik tab multimedia dan pilih yang OpenGL and OK. kemudian simpan project dimana saja.

Setelah selesai langkah awal, akan tampil source code dari library OpenGL tersebut, dan disini kami akan membuat garis vertical, horizontal dan diagonal.

Lakukan coding setelah komentar  /* OpenGL animation code goes here */ kemudian anda bisa mengganti glBegin(GL_line) untuk membuat garis.

1. Vertical Line



2. Horizontal Line




3. Diagonal Line



NOTES : Anda hanya perlu mengganti besaran titik x,y,z pada statement glVertex3f(); lakukan kembali untuk merubah bentuk garis. tentunya compile and run setelah coding selesai.


Direct by : Yusron Adi
19113628
3KA26






 

EYD DAN TANDA BACA

EYD


EYD (Ejaan Yang Disempurnakan) adalah ejaan bahasa Indonesia yang berlaku sejak tahun 1972. Ejaan ini menggantikan ejaan Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi.

Sebelum EYD, Lembaga Bahasa dan Kesusastraan, (sekarang Pusat Bahasa), pada tahun 1967 mengeluarkan Ejaan Baru (Ejaan LBK). Ejaan Baru pada dasarnya merupakan lanjutan dari usaha yang telah dirintis oleh panitia Ejaan Malindo. Para pelaksananya pun di samping terdiri dari panitia Ejaan LBK, juga dari panitia ejaan dari Malaysia. Panitia itu berhasil merumuskan suatu konsep ejaan yang kemudian diberi nama Ejaan Baru. Panitia itu bekerja atas dasar surat keputusan menteri pendidikan dan kebudayaan no.062/67, tanggal 19 September 1967.

Perbedaan dengan ejaan sebelumnya


Perubahan yang terdapat pada Ejaan Baru atau Ejaan LBK (1967), antara lain:

  • "tj" menjadi "c" : tjutji → cuci
  • "dj" menjadi "j": djarak → jarak
  • "j" menjadi "y" : sajang → sayang
  • "nj" menjadi "ny" : njamuk → nyamuk
  • "sj" menjadi "sy" : sjarat → syarat
  • "ch" menjadi "kh": achir → akhir
Beberapa kebijakan baru yang ditetapkan di dalam EYD, antara lain:

  • Huruf f, v, dan z yang merupakan unsur serapan dari bahasa asing diresmikan pemakaiannya.
  • Huruf q dan x yang lazim digunakan dalam bidang ilmu pengetahuan tetap digunakan, misalnya pada kata furqan, dan xenon.
  • Awalan "di-" dan kata depan "di" dibedakan penulisannya. Kata depan "di" pada contoh di rumah, di sawah, penulisannya dipisahkan dengan spasi, sementara "di-" pada dibeli atau dimakan ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.
  • Kata ulang ditulis penuh dengan mengulang unsur-unsurnya. Angka dua tidak digunakan sebagai penanda perulangan
Secara umum, hal-hal yang diatur dalam EYD adalah:

  1. Penulisan huruf, termasuk huruf kapital dan huruf miring.
  2. Penulisan kata.
  3. Penulisan tanda baca.
  4. Penulisan singkatan dan akronim.
  5. Penulisan angka dan lambang bilangan.
  6. Penulisan unsur serapan.
Sebelumnya "oe" sudah menjadi "u" saat Ejaan Van Ophuijsen diganti dengan Ejaan Republik. Jadi sebelum EYD, "oe" sudah tidak digunakan.


Tanda Baca


Tanda baca adalah simbol yang tidak berhubungan dengan fonem (suara) atau kata dan frasa pada suatu bahasa, melainkan berperan untuk menunjukkan struktur dan organisasi suatu tulisan, dan juga intonasi serta jeda yang dapat diamati sewaktu pembacaan. Aturan tanda baca berbeda antar bahasa, lokasi, waktu, dan terus berkembang. Beberapa aspek tanda baca adalah suatu gaya spesifik yang karenanya tergantung pada pilihan penulis.

Pemakaian Tanda Baca

A. Tanda titik
  1. Dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan....
  2. Dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar (tidak dipakai jika merupakan yang terakhir dalam suatu deretan)
  3. Dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu atau jangka waktu
  4. Dipakai di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya dan tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka
  5. Dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya (tidak dipakai jika tidak menunjukkan jumlah)
  6. Tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya
  7. Tidak dipakai di belakang (1) alamat pengirim dan tanggal surat atau (2) nama dan alamat penerima surat
B. Tanda koma
  1. Dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan
  2. Dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi atau melainkan
  3. Dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya (tidak dipakai jika anak kalimat itu mengiringi induk kalimatnya)
  4. Dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi pula, meskipun begitu, akan tetapi
  5. Dipakai untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan dari kata yang lain yang terdapat di dalam kalimat
  6. Dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat (tidak dipakai jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru)
  7. Dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian alamat, (iii) tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan
  8. Dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka
  9. Dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki
  10. Dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga
  11. Dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka
  12. Dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi
  13. Dapat dipakai di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat untuk menghindari salah baca
C. Tanda titik koma
  1. Dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara
  2. Dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk
  3. D. Tanda titik dua
  4. Dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian atau pemerian (tidak dipakai jika rangkaian atau perian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan)
  5. Dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian
  6. Dapat dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan
  7. Dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan halaman, (ii) di antara bab dan ayat dalam kitab suci, (iii) di antara judul dan anak judul suatu karangan, serta (iv) nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan
E. Tanda hubung
  1. Dipakai untuk menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh penggantian baris (Suku kata yang berupa satu vokal tidak ditempatkan pada ujung baris atau pangkal baris)
  2. Dipakai untuk menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya atau akhiran dengan bagian kata di depannya pada pergantian baris (Akhiran -i tidak dipenggal supaya jangan terdapat satu huruf saja pada pangkal baris)
  3. Dipakai untuk menyambung unsur-unsur kata ulang
  4. Dipakai untuk menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian tanggal
  5. Dapat dipakai untuk memperjelas (i) hubungan bagian-bagian kata atau ungkapan, dan (ii) penghilangan bagian kelompok kata
  6. Dipakai untuk merangkaikan (i) se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital, (ii) ke- dengan angka, (iii) angka dengan -an, (iv) singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata, dan (v) nama jabatan rangkap
  7. Dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing
F. Tanda pisah
  1. Dipakai untuk membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar bangun kalimat
  2. Dipakai untuk menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas
  3. Dipakai di antara dua bilangan atau tanggal dengan arti 'sampai ke' atau 'sampai dengan'
  4. Dalam pengetikan, tanda pisah dinyatakan dengan dua buah tanda hubung tanpa spasi sebelum dan sesudahnya
G. Tanda tanya
  1. Dipakai pada akhir kalimat tanya
  2. Dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya
H. Tanda seru
  1. Dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi yang kuat
I. Tanda elipsis
  1. Dipakai dalam kalimat yang terputus-putus
  2. Dipakai untuk menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang dihilangkan
  3. Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, perlu dipakai empat buah titik; tiga buah untuk menandai penghilangan teks dan satu untuk menandai akhir kalimat
J. Tanda petik
  1. mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah atau bahan tertulis lain
  2. mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat
  3. mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus
  4. Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung.
  5. Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada ujung kalimat atau bagian kalimat
  6. Tanda petik pembuka dan tanda petik penutup pada pasangan tanda petik itu ditulis sama tinggi di sebelah atas baris
K. Tanda petik tunggal
  1. mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain
  2. mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata atau ungkapan asing
L. Tanda kurung
  1. mengapit keterangan atau penjelasan
  2. mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok pembicaraan
  3. mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan
  4. mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan keterangan
M. Tanda kurung siku
  1. mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah asli
  2. mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung
N. Tanda garis miring
  1. dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim
  2. dipakai sebagai pengganti kata atau, tiap
O. Tanda penyingkat
  1. menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun

Format penulisan


Selain tanda baca, ada juga format penulisan yang cukup membantu untuk keperluan penulisan kalimat.

  • Cetak tebal, untuk menegaskan suatu kata atau kalimat yang sedang menjadi pembicaraan. Contoh: Buaya adalah reptil terbesar yang hidup di sungai dan rawa-rawa.

  • Cetak miring merupakan kata serapan di luar bahasa baku yang sedang digunakan. Contoh: Menjelang masa Pilkada, banyak calon yang sowan para kyai. Kata sowan diserap dari bahasa Jawa. Cetak miring juga digunakan untuk menuliskan judul lagu, buku, film, dan lain-lain. Contoh: Hantu Jeruk Purut adalah film bertema horor yang turut mewarnai perfilman nasional saat ini.

  • Garis bawah memiliki fungsi hampir sama seperti cetak tebal dan miring, ketika teknologi komputer belum sepesat sekarang. Seperti kita ketahui, mesin ketik generasi tua belum ada fasilitas cetak tebal dan miring. Tapi untuk masa sekarang, garis bawah tidak begitu jelas penggunaannya.



 

RAGAM DAN LARAS BAHASA

Ragam Bahasa


Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian yang berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta menurut medium pembicara (Bachman, 1990). Ragam bahasa yang oleh penuturnya dianggap sebagai ragam yang baik (mempunyai prestise tinggi), yang biasa digunakan di kalangan terdidik, di dalam karya ilmiah (karangan teknis, perundang-undangan), di dalam suasana resmi, atau di dalam surat menyurat resmi (seperti surat dinas) disebut ragam bahasa baku atau ragam bahasa resmi. Menurut Felicia (2001 : 8), ragam bahasa dibagi berdasarkan :

1. Media pengantar, yang terdiri dari :
     a. Ragam lisan, yaitu bahasa yang diujarkan oleh pemakai bahasa.
     b. Ragam tulis, yaitu bahasa yang ditulis atau yang tercetak. 

2. Berdasarkan situasi dan pemakaian
Dalam penggunaan ragam bahasa baku tulis makna kalimat yang diungkapkannya tidak ditunjang oleh situasi pemakaian, sedangkan ragam bahasa baku lisan makna kalimat yang diungkapkannya ditunjang oleh situasi pemakaian sehingga kemungkinan besar terjadi pelesapan unsur kalimat. Oleh karena itu, dalam penggunaan ragam bahasa baku tulis diperlukan kecermatan dan ketepatan di dalam pemilihan kata, penerapan kaidah ejaan, struktur bentuk kata dan struktur kalimat, serta kelengkapan unsur-unsur bahasa di dalam struktur kalimat.

Ragam bahasa baku lisan didukung oleh situasi pemakaian sehingga kemungkinan besar terjadi pelesapan kalimat. Namun, hal itu tidak mengurangi ciri kebakuannya. Walaupun demikian, ketepatan dalam pilihan kata dan bentuk kata serta kelengkapan unsur-unsur di dalam kelengkapan unsur-unsur di dalam struktur kalimat tidak menjadi ciri kebakuan dalam ragam baku lisan karena situasi dan kondisi pembicaraan menjadi pendukung di dalam memahami makna gagasan yang disampaikan secara lisan.


Laras Bahasa


Laras bahasa adalah kesesuaian antara bahasa dan pemakaiannya. Dalam hal ini kita mengenal iklan, laras ilmiah, laras ilmiah populer, laras feature, laras komik, laras sastra, yang masih dapat dibagi atas laras cerpen, laras puisi, laras novel, dan sebagainya.
Setiap laras memiliki cirinya sendiri dan memiliki gaya tersendiri. Setiap laras dapat disampaikan secara lisan atau tulis dan dalam bentuk standar, semi standar, atau nonstandar. Macam-macam laras bahasa adalah laras ilmiah, laras satra (puisi, cerpen, novel), laras jurnalistik (berita, editorial, iklan, dll), laras hokum, laras kedokteran, dll.








 

PERAN DAN FUNGSI BAHASA

Apa itu Bahasa?


Bahasa (dari bahasa Sanskerta, bhāṣā) adalah kapasitas khusus yang ada pada manusia untuk memperoleh, dan menggunakan sistem komunikasi yang kompleks, dan sebuah bahasa adalah contoh spesifik dari sistem tersebut. Kajian ilmiah terhadap bahasa disebut dengan linguistik.

Perkiraan jumlah dari bahasa-bahasa di dunia beragam antara 6.000-7.000 bahasa. Namun, perkiraan tepatnya bergantung kepada suatu perubahan sembarang antara perbedaan bahasa, dan dialek. Bahasa alami adalah bicara atau bahasa isyarat, tapi setiap bahasa dapat disandikan ke dalam media kedua menggunakan stimulus audio, visual, atau taktil, sebagai contohnya, dalam tulisan grafis, braille, atau siulan. Hal ini karena bahasa manusia adalah modalitas-independen. Bila digunakan sebagai konsep umum, "bahasa" bisa mengacu pada kemampuan kognitif untuk dapat belajar, dan menggunakan sistem komunikasi yang kompleks, atau untuk menjelaskan sekumpulan aturan yang membentuk sistem tersebut, atau sekumpulan pengucapan yang dapat dihasilkan dari aturan-aturan tersebut. Semua bahasa bergantung pada proses semiosis untuk menghubungkan isyarat dengan makna tertentu.

Peran dan Fungsi Bahasa


Peran bahasa penting dalam kehidupan manusia tidak terlepas dari berbagai fungsi yang disandangnya. Begitu besar peran bahasa dalam kehidupan manusia. Fungsi bahasa yang paling mendasar adalah sebagai alat komunikasi, yaitu alat pergaulan dan perhubungan dengan manusia.
Sementara itu, Gorys Keraf menyatakan fungsi dan peran bahasa sebagai berikut :

1. Bahasa sebagai alat ekspresi diri.
Yaitu untuk menarik perhtian orang lain, untuk membebaskan diri dari tekanan emosi, ataupun untuk mengungkapkan cita ras seni.

2. Bahasa sebagai alat komunikasi.
Yaitu bahasa dipergunakan untuk menyampaikan semua yang kita rasakan dan kita pikirkan kepada orang lain.

3. Bahasa digunakan sebagai alat untuk mengadakan kontrol soial.
Yaitu untuk mempengaruhi tingkah laku dan tindak tanduk orang lain.

4. Bahasa sebagai alat untuk mengadakan integrasi dan alat adaptasi sosial untuk bersosialisasi.
Adanya komunikasi dua arah tidak lepas dari fungsi dasar bahasa yaitu sebagai alat komunikasi. Pemakaian bahasa sebagai alat kominikasi ditentukan faktor kebahasaan (linguistik) dan non kebahasaan (nonlinguistik).

Bahasa dan kebudayaan selalu berada secara tumpang tindih. Pengaruh timbal balik antara bahasa dan kebudayaan  dapat dilihat pada saat kita belajar bahasa asing atau bahasa kedua. Pandangan yang demikian tidaklah salah karena bahasa sangat erat dengan sistem sosial dalam masyarakat, maka tidak aneh jika bahasa ditentukan pula oleh faktor budaya.